Segala Jenis Ikan

Informasi Segala Jenis ikan

Gumboro

Gumboro - Hallo sahabat Segala Jenis Ikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Gumboro, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : Gumboro
link : Gumboro

Baca juga


    Gumboro

    Gumboro Menghadang, Tak Perlu Khawatir
    Seorang peternak ayam petelur di Kota Denpasar sedang gundah gulana karena sudah beberapa siklus produksi, ayam petelurnya terserang penyakit Gumboro. Kali ini Gumboro menyerang ayamnya saat umur 17 hari, padahal vaksinasi Gumboro sudah dilakukan pada umur 11 hari menggunakan vaksin jenis intermediate. Akhirnya tindakan awal yang diambil ialah melakukan vaksinasi ulang diumur 18 hari, yaitu tepat 1 hari setelah Gumboro menyerang. Namun ternyata tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah.
    Dengan adanya kejadian tersebut, si peternak pusing tujuh keliling mencari penyebab berulangnya kasus. Seluruh sudut manajemen, termasuk biosecurity serta istirahat kandang sudah dilakukan dengan baik, namun Gumboro masih saja menyerang. Apakah gerangan yang terjadi? Mengapa Gumboro selalu menjadi momok para peternak?
    Virus Gumboro sendiri memiliki sifat yang khas dan berbeda dengan virus RNA lainnya sehingga dikenal sebagai “virus yang sangat bandel”. Disebut “bandel” karena virus Gumboro tidak memiliki amplop dan tahan hidup di lingkungan lebih dari 3 bulan. Hal ini pula lah yang menyebabkan Gumboro sulit untuk ditangani.

    Pengamatan Lapangan
    Dari tahun 2009 hingga semester 1-2012, tim Technical SupportMedion telah merangkum data perkembangan penyakit, baik pada ayam pedaging maupun petelur yang terjadi di Indonesia. Hasilnya bisa dilihat pada grafik 1 dan 2, khusus pada kasus Gumboro, jumlah kejadiannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan selama enam bulan terakhir (Januari – Juni 2012), kasus Gumboro masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

    Jika dilihat dari pola serangannya, diketahui bahwa anak ayam umur 22-35 hari ternyata paling rentan terhadap serangan Gumboro. Keterangan ini diperkuat dengan data Technical Support Medion yang menyebutkan Gumboro paling sering menyerang ayam pedaging umur 22-28 hari, sedangkan ayam petelur lebih sering terserang di umur 0-8 minggu (Grafik 3 dan 4).
    Untuk bentuk serangannya sendiri, penyakit Gumboro di lapangan umumnya menunjukkan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi yang khas, yaitu pembesaran dan peradangan pada bursa Fabrisius, kemudian diikuti oleh pengecilan organ tersebut secara bertahap.

    Gumboro dan Imunosupresi
    Sistem pertahanan tubuh merupakan fungsi fisiologis yang amat penting bagi makhluk hidup dan berkaitan dengan respon kekebalan tubuh. Jika kerja sistem pertahanan tubuh ayam sangat rendah, maka artinya ayam sedang berada dalam kondisi imunosupresi.
    Imunosupresi atau immunosuppression dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana respon tubuh ternak terhadap masuknya benda asing menjadi berkurang, atau bisa menjadi pemicu serangan berbagai penyakit ke dalam tubuh ternak. Imunosupresi yang menyerang ayam akan menyebabkan 2 kerugian sekaligus, yaitu kerugian karena faktor/agen imunosupresi itu sendiri dan kerugian karena agen penyakit lainnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam tubuh ayam.
    Dengan mengetahui pengertian imunosupresi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Gumboro merupakan salah satu agen penyebab imunosupresi. Hal ini karena Gumboro menyerang organ bursa Fabrisius yang termasuk ke dalam salah satu organ pembentuk kekebalan utama pada unggas selain thymus. Letaknya berada di bagian atas lubang dubur (kloaka). Bursa Fabrisius mulai berkembang aktif pada umur 3-4 minggu dan akan mengalami pengecilan hingga hilang saat ayam berumur 18 minggu (gambar A).
    Berdasarkan fungsinya, bursa Fabrisius berperan sebagai organ yang bertugas mematangkan sel limfosit menjadi sel limfosit B yang bertanggung jawab dalam respon kekebalan. Sel limfosit B di sini merupakan cikal bakal dari sel plasma yang akan memproduksi zat kebal tubuh (antibodi).
    Adanya kerusakan bursa Fabrisius oleh virus Gumboro, menyebabkan antibodi yang dihasilkan oleh organ tersebut berkurang jumlahnya. Akibat efek imunosupresi ini, maka ayam yang sudah terserang Gumboro akan mudah terserang infeksi sekunder lainnya dan terjadilah penurunan respon pembentukan antibodi terhadap berbagai program vaksinasi.
    Berdasarkan data yang dirangkum oleh Technical Support (grafik 5), tiga penyakit ikutan (infeksi sekunder, red) yang ditemukan sering mengikuti Gumboro pada ayam pedaging maupun petelur adalah CRD, CRD kompleks, dan ND. Penyakit-penyakit inilah yang nantinya akan memperparah penyakit sehingga dapat menimbulkan tingkat kematian yang tinggi.
    Pada dasarnya mekanisme terjadinya imunosupresi akibat Gumboro ini dapat dijabarkan melalui 2 mekanisme :
    1. Merusak jaringan tubuh pada bursa Fabrisius yang berfungsi membentuk atau mendewasakan sel- sel yang berperan dalam respon kekebalan. Kerusakan bursa Fabrisius ini dapat meliputi mengecilnya bursa Fabrisius itu sendiri maupun penurunan jumlah limfosit B. Akibatnya, reaksi tubuh terhadap tantangan bibit penyakit menjadi tidak optimal.
    1. Rusaknya struktur dan fungsi fisiologis sel-sel darah putih (terutama sel limfosit).

    Diagnosa Banding Penyakit Gumboro
    Dalam melakukan diagnosa penyakit, tidak dapat hanya dilihat dari satu gejala klinis atau satu perubahan patologi anatomi saja, karena terdapat beberapa penyakit dengan gejala klinis yang hampir mirip. Demikian pula halnya dengan penyakit Gumboro, dimana perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan seringkali mirip dengan penyakit lain seperti ND, AI, IB, dan leucocytozoonosis.
    Contohnya, pernahkah Anda menemukan perubahan patologi anatomi organ proventriculus seperti tampak pada Gambar 1? Atau bentuk perubahan proventriculus lainnya yang juga mirip, seperti pada Gambar 2? Apa perbedaan di antara keduanya? Perubahan patologi mana yang mendukung diagnosa Gumboro? Berikut jawabannya.
     
    Gambar 1 merupakan salah satu perubahan patologi anatomi yang muncul pada ayam yang terserang Gumboro. Sedangkan Gambar 2 adalah perubahan patologi anatomi yang patognomonis (menciri) akibat ayam terjangkit ND. Kedua penyakit tersebut sama-sama menunjukkan bintik perdarahan pada proventriculus, tetapi yang membedakan adalah “letak” terjadinya perdarahan.
    Pada ayam yang terkena Gumboro, selain yang utama ditandai dengan peradangan bursa Fabrisius, seperti tampak pada gambar 1, terjadi pula bintik perdarahan pada perbatasan antara proventriculus dan ventriculus. Bedanya pada kasus ND, perdarahan terjadi di puncak mukosa proventriculus (gambar 2).
    Adanya perdarahan pada otot dada dan paha pada kasus Gumboro juga sering dikelirukan dengan penyakit lain seperti AI dan leucocytozoonosis. Pada ayam yang terkena Gumboro, perdarahan yang ditemukan pada otot dada dan paha cenderung berbentuk garis. Sedangkan pada kasus leucocytozoonosis berbentuk bintik-bintik, dan pada kasus AI bentuk perdarahannya tidak beraturan. Penyakit AI juga terkadang menyebabkan radang pada bursa Fabrisius, namun bentuk plica (lipatan-lipatan/gelambir) bursa Fabrisius nya masih seragam karena AI tidak merusak sel-sel limfosit yang terdapat pada bursaFabrisius. Selanjutnya diagnosa banding antara Gumboro dan IB juga perlu diamati lebih spesifik, terutama pada pembengkakan ginjal yang sama-sama ditimbulkan. Karena pembengkakan ginjal antara Gumboro dan IB terkadang sulit dibedakan dari perubahan fisik yang terjadi, maka lebih baik periksa perubahan organ tubuh lainnnya.

    Pencegahan Kasus Gumboro
    Usaha terbaik mencegah kasus Gumboro adalah kombinasi antara manajemen optimal dan melakukan vaksinasi. Oleh karena itu, beberapa tindakan yang dapat diterapkan agar Gumboro tidak mengincar lagi di farm kita antara lain:
    1.  Optimalkan masa persiapan kandang
    Optimalisasi masa persiapan kandang dapat membantu mengeliminasi virus Gumboro. Lakukan desinfeksi kandang dengan baik dan benar mulai dari penurunan litter dan pengeluaran feses dari farm. Setelah itu, kandang dibersihkan dan didesinfeksi. Bahasan mengenai cara mengotimalkan persiapan kandang ini akan dibahas secara khusus dan lebih detail pada artikel suplemen edisi kali ini.
    2.  Evaluasi program vaksinasi Gumboro
    Dalam penyusunan program vaksinasi Gumboro sejak awal pemeliharaan ada 3 hal yang harus kita perhatikan :
    a) Level dan keseragaman antibodi maternal
    Dalam menentukan nilai antibodi maternal dapat diketahui dengan cara mengambil sampel darah (serum, red) dari kelompok anak ayam yang belum divaksin antara umur 1-4 hari, kemudian diuji dengan metode ELISA. Dengan data ini bisa dihitung umur vaksinasi Gumboro pertama menggunakan vaksin Gumboro aktif. Pada ayam pedaging, vaksinasi Gumboro cukup dilakukan 1 kali, sedangkan pada ayam petelur program vaksinasi Gumboro minimal dilakukan 2 kali selama periode pemeliharaan. Khusus pada ayam pedaging, jika dari hasil uji serologi diketahui sejak awal bahwa antibodi maternalnya tidak seragam, maka meskipun sudah divaksin Gumboro, kedepannya harus dilakukan pengulangan vaksinasi Gumboro kembali.
    Terkait dengan level antibodi maternal, program vaksinasi Gumboro yang dilakukan ketika level antibodi maternal masih tinggi akan menyebabkan vaksin yang kita berikan tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena virus vaksin belum sampai di target organ bursa Fabrisius, tetapi sudah dinetralisir oleh antibodi maternal. Oleh karena itu, waktu pemberian vaksin Gumboro perlu diperhitungkan dengan baik. Jangan sampai vaksin diberikan sebelum waktunya atau justru setelah ayam kehilangan perlindungan dari antibodi maternal.
    Pada kasus Gumboro yang muncul pada ayam umur < 21 hari atau > 21 hari dengan tingkat kematian tinggi (> 5%), vaksin jenis intermediate plus atau Medivac Gumboro A menjadi solusi yang tepat. Namun jika kasus Gumboro yang muncul pada ayam umur > 21 hari dengan tingkat kematian rendah (< 5%), maka dapat menggunakan vaksin jenis intermediate atau Medivac Gumboro B.
    b) Sejarah kasus Gumboro
    Dalam menentukan umur vaksinasi Gumboro selain berdasarkan antibodi maternal, juga perlu mempertimbangkan sejarah kasus Gumboro pada periode pemeliharaan sebelumnya. Misalnya, kasus Gumboro terjadi di umur 25 hari, maka vaksinasi Gumboro dapat dilakukan paling lambat 2 minggu sebelum umur kasus penyakit, yaitu pada umur 11 hari.
    c) Ketepatan aplikasi vaksinasi
    Aplikasi vaksinasi Gumboro juga menjadi kunci penting yang mendukung keberhasilan vaksinasi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pastikan vaksinasi Gumboro diberikan dengan menggunakan metode per oral, yaitu cekok atau tetes mulut dan air minum. Aplikasi vaksinasi melalui metode cekok atau tetes mulut dapat diberikan pada umur < 7 hari, sedangkan jika melalui air minum dapat diberikan pada umur > 10 hari.
    Mengapa aplikasi vaksinasi melalui tetes mulut atau air minum? Alasannya tidak lain agar vaksin dapat menuju ke target organ yaitu bursaFabrisius yang berada di ujung saluran pencernaan (kloaka, red). Apabila aplikasi melalui air minum, pastikan kualitas air bagus. Namun jika kualitas air minum kurang bagus, tambahkan Medimilk 10g/5L atau Netrabil 5g/L air minum guna memperbaiki mutu air, sehingga dapat memperpanjang umur virus vaksin untuk menghasilkan kekebalan yang tinggi. Selain itu, perhatikan rasio air minum yang diberikan sehingga ayam mendapatkan dosis vaksin yang seragam.
    3.  Kendalikan stres pada ayam
    Stres merupakan reaksi fisiologis normal ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik itu yang terkait dengan lingkungan maupun perlakuan-perlakuan yang diterima ayam. Pada kondisi tertentu, pemeliharaan ternak seringkali memunculkan efek stres. Pada kondisi ini, ayam butuh multivitamin anti stres seperti Vita Stressatau Fortevit, karena kandungan vitamin C dan E- nya dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mengatasi stres.

    Berbagai Kasus Gumboro di Lapangan
    1.  Farm Ayam Petelur Komersial
    Seperti kasus Gumboro yang dialami oleh peternak asal Denpasar, yang telah dibicarakan pada awal artikel, kasus Gumboro terjadi pada umur 17 hari, lalu pada keesokan harinya dilakukan vaksinasi Gumboro. Pertanyaannya apakah tindakan yang dilakukan sudah tepat?
    Tindakan di atas masih belum tepat. Ada 3 hal yang perlu dievaluasi yaitu waktu vaksinasi Gumboro yang terlambat, jenis vaksin yang kurang tepat, dan pengulangan vaksinasi Gumboro setelah terjadi kasus. Saran yang kami berikan untuk periode pemeliharaan berikutnya ialah memajukan vaksinasinya di umur 7 hari dengan Medivac Gumboro Amelalui aplikasi tetes mulut. Kemudian pada umur 28 hari, lakukan pengulangan vaksinasi dengan vaksin Medivac Gumboro A melalui air minum. Sebelum memulai pemeliharaan, lakukan istirahat kandang dengan optimal selama 14 hari dan terapkan biosecurity secara tepat.
    Perlu kita perhatikan juga, saat terjadi outbreak Gumboro tidak dianjurkan untuk melakukan vaksinasi karena penyakit ini merusak bursa Fabrisius yang merupakan “pabrik” pembuatan antibodi. Penanganan yang dapat dilakukan saat terjadi Gumboro adalah memberikan air gula 2-5 % dan vitamin (Fortevitatau Vita Stress) untuk memberikan energi serta meningkatkan kondisi tubuh. Jika ada kebengkakan ginjal maka dapat diberikan Gumbonal 1g/L air minum selama 3-5 hari. Gumbonal dengan kandungan hexamine merupakan antiseptik pada saluran kemih sehingga dapat mengurangi kematian akibat kebengkakan ginjal.
    2.  Farm Ayam Pedaging Komersial
    Pada farm ini sering terjadi kasus Gumboro dan ND diumur 21-25 hari dengan tingkat kematian sebesar 10%. Sedangkan vaksinasi Gumboro hanya sekali dilakukan dengan Medivac Gumboro B pada umur 16 hari melalui air minum. Pertanyaannya apakah program tersebut sudah tepat? Tindakan di atas masih belum tepat. Evaluasi pertama adalah terlalu dekat jarak waktu kejadian penyakit dengan waktu vaksinasi (± 7 hari). Padahal antibodi hasil vaksinasi dengan vaksin aktif paling cepat baru mencapai titer protektif pada ± 14 hari post vaksinasi. Pada kasus ini saran yang diberikan adalah memajukan vaksinasi Gumboro pada umur 7-10 hari dengan Medivac Gumboro A melalui tetes mulut.
    Pada periode selanjutnya jika masih terjadi kasus Gumboro maka ada 2 alternatif pilihan program perbaikan yang dapat digunakan. Pertama, program vaksinasi Gumboro dapat diubah menjadi 7 dan 14 hari dengan Medivac Gumboro A. Kedua, melihat efek imunosupresi yang dipicu oleh penyakit Gumboro menyebabkan ayam lebih rentan terinfeksi berbagai penyakit lain seperti ND, maka dapat dipertimbangkan vaksinasi dengan Medivac ND Hitchner B1/Lasota/ND- IB dan MedivacND Gumboro Emulsion pada umur 4 hari, untuk menstimulasi kekebalan Gumboro dan ND lebih baik dan cepat. Di umur 7 hari divaksin dengan Medivac Gumboro A.
    Gumboro adalah penyakit yang salah satunya menimbulkan dampak imunosupresi. Untuk mencegahnya, selain dengan mengoptimalkan masa persiapan kandang, maka perlu upaya untuk memperkuat status kekebalan ayam melalui vaksinasi Gumboro. Dalam vaksinasi Gumboro, peternak juga setidaknya perlu mengevaluasi program vaksinasi yang selama ini dilakukan seperti aplikasi pemberian vaksin, kapan vaksinasi dilakukan, dan jenis vaksin apa yang diberikan agar Gumboro tidak menyerang secara berulang di peternakan. Salam.


    Menelusuri catatan penyakit di Indonesi, kita akan menemukan bahwa Gumboro sempat menyebabkan outbreak di tahun 1991. Sebelumnya di tahun 1987, strain very virulent infectious bursal disease (vvIBD) menyebabkan outbreak di Eropa. Data terakhir Technical Support Medion selama 2006-2010 memperlihatkan bahwa Gumboro selalu berada di 10 besar penyakit pada ayam pedaging maupun petelur. Hal ini mengindikasikan penyakit ini masih tetap mengintai di sekitar ayam kita.
    Di Indonesia, tingkat kesakitan akibat penyakit ini mencapai 100% sedangkan tingkat kematian hingga 30% pada ayam pedaging dan 60% pada ayam petelur (Ignatovic et all., 2003). Meskipun tingkat kematian sudah tidak sebesar dibandingkan 20 tahun yang lalu, tetapi akibat serangan Gumboro efek negatifnya tetap besar yaitu immunosuppressive, sehingga ayam mudah terserang penyakit lain seperti ND atau bahkan AI walaupun ayam telah divaksin dengan baik.
    Beberapa faktor yang menyebabkan Gumboro masih sering mengincar di peternakan akan dibahas dalam artikel ini.
    • Sanitasi dan Desinfeksi Kandang yang Tidak Optimal
    Penyebaran penyakit Gumboro umumnya terjadi secara horizontal. Oleh karena itu manajemen yang meliputi sanitasi dan biosekuriti sangat berpengaruh. Munculnya kasus Gumboro dipicu dengan perlakuan sanitasi yang kurang tepat, yaitu masih ditemukan adanya sisa-sisa kotoran/tumpukan karung yang berisi feses di sekitar lokasi kandang saat DOC tiba. Seperti kita ketahui bersama, feses merupakan media utama penularan Gumboro. Virus IBD di dalam feses masih infektif hingga 122 hari setelah diekskresikan (dikeluarkan).

    Penumpukan feses di sekitar kandang berperan sebagai sumber penularan penyakit Gumboro
    (Sumber : Dok. Medion)

    Hal lain yang terkadang masih terjadi adalah penyemprotan desinfektan tanpa dilakukan pembersihan kandang terlebih dahulu atau pembersihan tidak optimal (masih terdapat sisa litter/feses di sela-sela kandang). Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan kerja desinfektan tidak akan optimal, terutama pada penggunaan Antisep (oxidizing agent). Jenis desinfektan ini kerjanya dipengaruhi oleh materi organik (feses, darah dan lendir).
    Virus IBD merupakan virus yang sangat stabil. Virus ini relatif tahan terhadap panas (560C selama 5 jam, 600C selama 30 menit) dan beberapa macam desinfektan. Jenis desinfektan yang tepat untuk mengeliminasi virus IBD yaitu golongan oxidizing agent (kompleks iodium) dan golongan aldehyde (formalin). Produk yang dapat digunakan yaitu Antisep, Neo Antisep atau Formades.


    Lakukan pembersihan kandang dengan optimal
    (Sumber: Dok. Medion)

    • Minimnya Monitoring Level dan Kesegaraman Antibodi Maternal
    Program vaksinasi Gumboro (vaksin aktif) sangat dipengaruhi oleh status antibodi maternal. Vaksin Gumboro aktif yang diberikan ketika antibodi maternal masih tinggi dapat mengakibatkan virus vaksin akan dinetralkan oleh antibodi maternal. Alhasil vaksin yang diberikan tidak mampu memberikan perlindungan secara optimal (De Wit. J.J et all.,).
    Mengetahui status antibodi maternal dapat digunakan untuk membantu menentukan jadwal vaksinasi pertama dengan tepat. Selain itu dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan jenis vaksin yang akan digunakan, jenis intermediate atau intermediate plus. Ketepatan jadwal vaksinasi serta ketepatan pemilihan jenis vaksin merupakan titik kritis yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Pengambilan sampel serum untuk pemeriksaan antibodi maternal dilakukan pada umur 1-3 hari.
    Pada kenyataannya monitoring antibodi maternal belum secara rutin dilakukan bahkan mungkin belum pernah sama sekali dilakukan. Kendala ini bisa karena ketersediaan laboratorium penguji. MediLab (Medion Laboratorium) menyediakan jasa pengujian titer antibodi maternal Gumboro dengan metode ELISA, hasil uji tersebut akan dilengkapi dengan analisa untuk memperkirakan umur vaksinasi Gumboro pertama.

    Peralatan ELISA yang digunakan untuk mengukur status antibodi maternal
    (Sumber: Dok. Medion)

    • Aplikasi Vaksinasi yang Kurang Tepat
    Aplikasi vaksin Gumboro aktif dilakukan per oral baik secara tetes mulut/ cekok maupun air minum. Aplikasi secara tetes mulut/cekok akan lebih menjamin setiap ayam mendapatkan 1 dosis penuh. Metode aplikasi ini terkait dengan bagaimana virus Gumboro secara alami menginfeksi ayam yaitu secara per oral.
    Jumlah virus dalam 1 dosis vaksin Gumboro aktif minimal hanya 102 atau sama dengan 100, bandingkan dengan vaksin ND yang 1 dosis vaksin minimal mengandung 107 atau 10 juta. Bila handling dan aplikasi vaksinasi Gumboro tidak tepat maka jumlah virus yang sampai ke target organ tidak sesuai lagi dengan minimal dosis dan memerlukan waktu yang lebih lama. Akibatnya pembentukan antibodi tidak optimal dan tidak bisa protektif. Praktek di lapangan aplikasi vaksinasi Gumboro masih dominan dilakukan melalui air minum. Meskipun praktis, aplikasi via air minum memiliki kekurangan yang berpeluang menyebabkan hasil vaksinasi tidak optimal karena tidak konsistensinya dosis vaksin yang diterima ayam. Dosis vaksin yang diterima ayam tergantung pada jumlah konsumsi air minum serta terkendala oleh batas waktu vaksinasi dimana 2 jam harus habis terkonsumsi. Beberapa hal lain yang juga menjadi kendala saat vaksinasi air minum, yaitu :
    • Kualitas air tidak sesuai (mengandung logam berat, sadah, pH tidak netral, terkontaminasi bahan kimia seperti desinfektan/klorin)
    • Tempat minum yang berisi vaksin terpapar sinar ultraviolet dari sinar matahari, terlalu dekat brooder sehingga menyebabkan kerusakan virus vaksin

    Pastikan tempat minum yang berisi vaksin tidak terlalu dekat dengan brooder
    (Sumber: Dok. Medion)

    • Manajemen Brooding yang Tidak Optimal
    Periode brooding merupakan periode pemeliharaan dari DOC (chick in) hingga umur 14-21 hari (hingga lepas pemanas). Masa pemeliharaan ini ikut menentukan baik tidaknya performa ayam di masa berikutnya. Apabila terjadi kesalahan manajemen pada periode ini seringkali tidak bisa dipulihkan dan berdampak negatif terhadap performa ayam di fase berikutnya. Hal yang terkait erat dengan keberhasilan vaksinasi yaitu pada masa ini terjadi perkembangan pesat organ kekebalan tubuh ayam.
    Pada umur satu minggu perkembangan organ limfoid sudah mencapai 70%. Perkembangan optimal dari organ limfoid ini berkaitan erat dengan penggertakan kekebalan aktif yang akan menggantikan peran kekebalan pasif yang diturunkan dari induk ke anak ayam. Oleh karena itu perlu diingat jika berat badan ayam tidak mencapai standar maka perkembangan organ limfoid pun terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan vaksinasi yang dilakukan pada periode ini.

    Manajemen brooding yang baik ikut menentukan keberhasilan vaksinasi yang dilakukan di periode ini
    (salah satunya vaksinasi Gumboro)
    (Sumber: Dok. Medion)

    • Adanya Faktor Immunosuppressant yang Mempengaruhi Keberhasilan Vaksinasi
    Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan vaksinasi yaitu memastikan tidak ada faktor-faktor yang bersifat immunosuppressant. Vaksinasi Gumboro umumnya dilakukan pada umur akhir minggu pertama atau masuk minggu kedua. Pada umur ini adakalanya mulai terjadi kesalahan manajemen pemeliharaan seperti keterlambatan pelebaran kandang, pembukaan tirai kandang atau penambahan bahan litter. Praktek manajemen yang kurang tepat akan menyebabkan kualitas udara dalam kandang tidak segar, bau amonia mulai muncul. Kondisi ini merupakan faktor pemicu munculnya kasus penyakit terutama penyakit pernapasan seperti CRD atau penyakit pencernaan (koksidiosis). Kedua penyakit ini bersifat immunosuppressant sehingga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi yang dilakukan.
    Pada periode umur satu sampai dengan dua minggu merupakan masa padat vaksinasi, selain vaksinasi Gumboro anak ayam juga menerima vaksinasi yang lain seperti ND (4 hari), IB (4 hari) serta AI (10 hari). Padatnya jadwal vaksinasi ini jika tidak diimbangi dengan manajemen pemeliharaan yang baik akan beresiko menimbulkan stres pada anak ayam. Kita ketahui bersama stres merupakan faktor yang juga dapat menekan keberhasilan vaksinasi. Oleh karenanya menjadi hal penting untuk mempersiapkan anak ayam dalam kondisi optimal saat menerima vaksinasi. Berikan ransum, air minum sesuai kebutuhan dan support dengan pemberian multivitamin (Vita Stress).


    Kenali Kembali Penyebab Gumboro
    Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus IBD yang berasal dari famili (keluarga) virus Birnaviridae dan genus Avibirnavirus. Virus ini memiliki dua serotipe yaitu I dan II. Hanya serotipe I yang patogenik (menimbulkan sakit) pada ayam.
    Struktur virus IBD tidak beramplop, berbentuk simetris ikosahedral dan berisi utas rantai RNA (Ribonucleic Acid) (en.wikipedia.org). Virus yang tidak beramplop ini memiliki kelebihan yaitu lebih stabil terhadap perubahan di lingkungan. Virus IBD tetap stabil dalam range pH yang luas (2-8), terpapar enzim proteolitik di usus seperti tripsin dan panas 600C selama 30 menit tetap infektif. MacLachlan dan Stott (2004) juga menyatakan bahwa virus IBD masih bisa ditemukan di kandang yang telah dipanen ayamnya lebih dari 100 hari, di mana jika kandang tersebut tanpa dilakukan desinfeksi.
    Penularan virus IBD hanya secara horizontal dengan media penularan utama yaitu feses. Virus IBD di dalam feses masih infektif hingga 122 hari setelah diekskresikan (dikeluarkan) oleh ayam. Sedangkan virus dalam air minum dan ransum ayam masih infektif hingga 52 hari setelah diekskresikan. Tempat minum dan tempat ransum yang terkontaminasi feses dapat juga berperan sebagai media penular. Penularan virus secara vertikal (dari induk ke anak atau via telur tetas) tidak terjadi. Begitupun dengan ayam yang carrier, juga tidak ditemukan sehingga ayam yang sembuh dari Gumboro tidak berpotensi menularkan virus ke lingkungan.
    Semua jenis/strain ayam peka terhadap penyakit ini, tetapi yang paling peka adalah ayam petelur terutama yang jantan. Ayam berumur 22-35 hari ternyata paling rentan terhadap serangan Gumboro Dari pemantauan Technical Support Medion 2 tahun terakhir (tahun 2009-2010), pada ayam pedaging umur paling rentan yaitu 22-28 hari, sedangkan pada ayam petelur umur > 35 hari (tahun 2009) dan 22-28 hari (tahun 2010) (Grafik 1 dan 2).


    Kerugian Utama Akibat Gumboro
    Immunosuppressive menjadi karakteristik yang paling dikhawatirkan dari infeksi Gumboro, selain menyebabkan adanya mortalitas dan morbiditas juga menyebabkan penurunan efisiensi ransum maupun gangguan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan virus menyerang sistem kekebalan tubuh ayam khususnya organ bursa Fabricius yang terletak di bagian atas lubang dubur (kloaka) ayam. Dalam kondisi normal, bursa Fabricius mengalami regresi pada awal dewasa kelamin. Bursa Fabricius dapat ditemukan hingga 6 bulan, meski demikian pada umur lebih muda (4-5 bulan) bisa saja organ ini sudah tidak ditemukan karena proses menghilangnya organ ini turut dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
    Bursa Fabricius merupakan tempat berkumpulnya sebagian besar sel limfosit B yang belum matang (immature). Sel ini akan mengalami pematangan di bursa Fabricius. Selain di bursa Fabricius sel limfosit B juga terdapat di tymus dan limpa dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Limfosit B mature apabila bertemu dengan antigen (bibit penyakit maupun vaksin) akan teraktivasi dan membentuk antibodi sebagai tanggap kebal. Virus Gumboro menyerang sel limfosit B yang belum matang sehingga menyebabkan penurunan jumlah limfosit B matang. Keadaan ini berimbas pada menurunnya jumlah antibodi yang terbentuk (immunosuppressive).

    Gumboro klinis ditandai oleh ayam lesu, perdarahan bergaris di otot paha, peradangan dan pembengkakan bursa Fabricius dan pembengkakan ginjal
    (Sumber: Dok. Medion)

    Pencegahan Kasus Gumboro
    1.   Mengoptimalkan masa persiapan kandang

    Istirahat kandang minimal 14 hari sejak kandang sudah dibersihkan dan disemprot desinfektan
    (Sumber: Dok. Medion)

    Optimalisasi masa persiapan kandang dapat membantu mengeliminasi virus Gumboro. Lakukan desinfeksi kandang dengan baik dan benar mulai dari penurunan litter dan pengeluaran feses dari farm. Kemudian kandang disikat, disabun dan dibiarkan beberapa saat hingga kering. Selanjutnya semprot desinfektan dengan Sporades atau Formades.
    Sanitasi peralatan kandang (tempat minum, tempat ransum, dsb) dan rendam dengan larutan Neo Antisep atau Sporades minimal selama 30 menit. Simpan peralatan kandang yang sudah disanitasi dalam kandang yang sudah didesinfeksi. Tutup tirai kandang dan istirahatkan selama minimal 14 hari sebelum chick in. Lakukan juga penyemprotan insektisida untuk mengeliminasi kumbang Alphitobius diaperinus dan Carcinops purnilio yang berperan menyebarkan virus Gumboro (vektor).

    2.   Evaluasi program vaksinasi
    Program vaksinasi Gumboro dipengaruhi oleh :
    a)   Jenis dan umur ayam
          Vaksinasi pada ayam pedaging minimal dilakukan 1 kali, sedangkan pada ayam petelur minimal 2 kali vaksinasi.
    b)   Level antibodi maternal
          Titer antibodi maternal menentukan umur dan jenis vaksin yang akan digunakan, apakah intermediate (Medivac Gumboro B) atau intermediate plus (Medivac Gumboro A).
    c)   Keseragaman antibodi maternal
          Jika tingkat antibodi materal dalam sekelompok ayam uniform (seragam), keberhasilan vaksinasi dapat diperoleh hanya dengan satu kali vaksinasi. Pada kenyataannya sangat sulit untuk mendapatkan tingkat antibodi maternal yang seragam. Pada kelompok ayam dengan antibodi maternal yang tidak seragam, untuk mendapatkan hasil vaksinasi yang seragam diperlukan vaksinasi lebih dari satu kali (pengulangan vaksinasi).
    d)   Keganasan virus Gumboro lapangan dan waktu outbreak
          Pada daerah yang rawan serangan pada umur < 3 minggu atau di atas 3 minggu dengan kematian lebih dari 5%, lakukan vaksinasi pada umur 7 hari menggunakan vaksin intermediate plus (Medivac Gumboro A). Sedangkan untuk daerah yang rawan pada umur > 3 minggu dengan kematian kurang dari 5%, lakukan vaksinasi umur 10-14 hari menggunakan vaksin intermediate (Medivac Gumboro B).

    Aplikasi vaksin juga mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Untuk ayam dengan umur < 7 hari sebaiknya aplikasi vaksin Gumboro dilakukan secara tetes mulut mengingat konsumsi air minum pada umur tersebut belum optimal. Sedangkan pada umur > 7 hari bisa dilakukan melalui tetes mulut maupun air minum. Pastikan dosis yang diterima ayam sesuai dan seragam.

    Contoh Program Vaksinasi Gumboro
    Program ini hanya sebagai petunjuk umum dan dapat disesuaikan dengan kondisi di peternakan.
    Tabel 1. Program Vaksinasi pada Ayam Pedaging

    Tabel 2. Program Vaksinasi pada Ayam Petelur

    Keterangan : * dan ** (lihat pada penjelasan poin d)
    Produk vaksin aktif Medion.
    Medivac Gumboro A dan Medivac Gumboro B

    Terlanjur Terserang Gumboro, Tindakan Apa yang Dilakukan
    Kejadian kasus Gumboro di lapangan bisa murni maupun komplikasi, mengingat penyakit ini bersifat immunosuppressive. Dari data Technical Support Medion tahun 2009-2010 menunjukkan kasus Gumboro pada ayam pedaging paling sering berkomplikasi (3 tertinggi) dengan CRD, CRD kompleks dan ND. Sedangkan pada ayam petelur dengan ND, koksidiosis dan CRD. Berikut tindakan yang perlu dilakukan jika ada kasus Gumboro :
    • Therapy supportive
    Berikan air gula 2-5% (20-50 gram per liter air minum) untuk memulihkan stamina ayam. Tambahkan multivitamin atau multivitamin plus anti stres (Vita Stress). Selain itu berikan juga antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder bakteri. Pemilihan antibiotik perlu dilakukan dengan benar karena kasus Gumboro dapat menyebabkan kebengkakan ginjal, sehingga kita perlu pilih antibiotik yang tidak menimbulkan efek samping memperparah kerja ginjal (misal: Neo Meditril, Koleridin atau Doxytin). Jika kondisi ginjal mengalami kebengkakan dan peradangan maka therapy supportive yang diberikan yaitu air gula dan Gumbonal. Pemberian Gumbonal akan mengurangi angka kematian pada kasus Gumboro akibat pembengkakan ginjal, pengobatan infeksi sekunder dan antiseptik di saluran kemih.

    • Isolasi, desinfeksi dan jika memungkinkan pengeluaran feses
    Penyakit Gumboro sangat mudah menular dengan tingkat morbiditas (kesakitan) mencapai 100%. Tingginya tingkat morbiditas ini ditunjang dengan adanya ayam sakit yang terus mengeluarkan partikel virus serta keberadaan virus di feses. Oleh karena itu, lakukan pemisahan ayam yang sakit.
    Lakukan penyemprotan desinfektan untuk menekan populasi virus di kandang dan lingkungan kandang. Pilih desinfektan yang aman untuk ayam dan efektif untuk membunuh virus Gumboro, seperti Antisep atau Neo Antisep.

    Meskipun ancaman Gumboro tetap mengincar, namun membebaskan farm kita dari serangan Gumboro akan menjadi mungkin jika kita mengenal faktor penyebab munculnya Gumboro. Langkah selanjutnya kita lakukan upaya yang optimal, meliputi program pencegahan yang ketat (vaksinasi, sanitasi kandang dan lingkungan kandang). Semoga informasi ini bisa membantu Anda dalam menekan kasus Gumboro. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id

    Demikianlah Artikel Gumboro

    Sekianlah artikel Gumboro kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.


    Anda sekarang membaca artikel Gumboro dengan alamat link https://segala-jenis-ikan.blogspot.com/2013/02/gumboro.html


    Bagikan :
    +
    Previous
    Next Post »

    Artikel Terkait:

    0 Komentar untuk "Gumboro"

     
    Template By Kunci Dunia
    Back To Top