Segala Jenis Ikan

Informasi Segala Jenis ikan

Suplementasi Ransum

Suplementasi Ransum - Hallo sahabat Segala Jenis Ikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Suplementasi Ransum , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : Suplementasi Ransum
link : Suplementasi Ransum

Baca juga


    Suplementasi Ransum

    Pentingnya Suplementasi Ransum
    Ransum yang kita berikan pada ayam merupakan sumber zat nutrisi utama yang akan digunakan oleh tubuh ayam untuk tumbuh dan berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuhnya. Ketersediaannya baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) harus sesuai dengan kebutuhan ayam.
    Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi atau kadarnya yang kurang akan segera direspon oleh tubuh ayam dengan menurunkan atau bahkan menghentikan proses metabolisme maupun produktivitasnya (tergantung tingkat dan lama defisiensi).
    Faktor penyebab ketidaktersediaan zat nutrisi ini dapat disebabkan ketidaktepatan manajemen penanganan dan penyimpanan ransum maupun kesalahan tata laksana pemberian ransumnya. Kondisi suhu, kelembaban maupun cahaya yang berlebih dapat menurunkan kadar zat nutrisi yang terkandung dalam ransum. Kadar air dalam bahan baku ransum yang berlebih (> 14%) juga dapat menurunkan kualitas ransum. Selain itu penyimpanan yang terlalu lama dan tidak menggunakan alas juga bisa mengakibatkan hal tersebut.
    Oleh karena itu, pemberian suplemen diperlukan untuk melengkapi atau memenuhi kandungan zat nutrisi yang berkurang akibat penanganan dan penyimpanan yang kurang tepat.


    Suplementasi dan Jenisnya
    Suplementasi ransum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu feed supplement dan feed additive. Feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar. Terlebih lagi pada ransum hasil self mixing yang biasanya mengalami keterbatasan untuk membuat formulasi yang memperhitungkan sampai komponen nutrisi mikronya.
    Sedikit berbeda dengan feed supplement, feed additive merupakan zat tambahan yang bersifat non-nutritif (bukan termasuk zat nutrisi), contohnya ialah enzim, hormon, zat perwarna ransum dll. Peran feed additive dalam ransum tergantung dari jenis kandungan zat additive-nya. Feed additive dengan kandungan enzim dan hormon berfungsi meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan ransum, sedangkan feed additive dengan kandungan zat perwarna dan aroma ransum berfungsi untuk memperbaiki penampilan fisik ransum sehingga dapat meningkatkan nafsu makan ayam.
    Latar belakang perlunya melakukan suplementasi ransum antara lain :
    • Melengkapi kandungan nutrisi mikro, terutama vitamin yang kemungkinan berkurang karena proses penanganan dan penyimpanan ransum yang kurang baik
    • Meningkatkan kualitas fisik ransum, terutama penambahan
    • feed additive
    • Meningkatkan ketersediaan nutrisi maupun proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi dalam ransum

    Feed Supplement
    Kandungan zat nutrisi yang sering terdapat dalam sediaan feed supplement antara lain vitamin, mineral dan asam amino. Ketiga komponen nutrisi inilah yang seringkali mengalami defisiensi.
    • Suplementasi vitamin
    Vitamin berasal dari kata “vitae amine” dan dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk menjaga fungsi metabolisme dalam tubuh tetap optimal. Vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu vitamin larut air (C dan B kompleks) dan vitamin larut lemak (A, D, E, K). Vitamin diperlukan hampir di semua proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup.

    Vitamin merupakan komponen nutrisi yang relatif labil terhadap cahaya, kelembaban, suhu maupun suasana asam dan basa (lihat tabel 2). Selain itu stabilitas sebagian besar vitamin juga dipengaruhi oleh jangka waktu penyimpanan ransum. Pengaruh lama penyimpanan terhadap penurunan kadar vitamin tercantum pada tabel 3.

    Ketidakstabilan vitamin dan fungsi penting dari masing-masing vitamin inilah yang mendasari perlu dilakukannya suplementasi vitamin dalam ransum ayam.
    Ibnu Katsir (2003) menyatakan vitamin-vitamin yang paling sering ditambahkan dalam ransum ayam petelur antara lain vitamin A, B12, D3, K, riboflavin, asam pantotenat, kholin dan niasin. Vitamin C juga sering ditambahkan dalam ransum atau air minum. Sebenarnya vitamin C ini bisa disintesis (diproduksi, red) oleh tubuh ayam, hanya saja karena kondisi lingkungan kandang yang berfluktuasi dan sering keluar zona nyaman (comfort zone, red) maka suplementasi vitamin C perlu tetap dilakukan. Pada umur 15 hari, tubuh ayam hanya mampu mensintesa 3 mg asam askorbat (vitamin C) tiap hari dan saat umur 30 hari, sintesa meningkat menjadi 15-20 mg tiap hari. Sintesa vitamin C ini tidak mencukupi untuk meminimalkan atau mengatasi efek stres yang dialami ayam.
    Vitamin D3 juga perlu diperhatikan ketersediaannya di dalam ransum. Jika kadarnya kurang maka akan mempengaruhi kualitas kerabang telur dan tulang ayam. Vitamin D3 merupakan komponen kontrol utama yang menstimulasi penyerapan kalsium di dalam usus. Selain itu vitamin ini juga terlibat dalam proses mobilisasi kalsium dari tulang guna memastikan kadar kalsium dalam darah normal. Defisiensi vitamin ini akan segera direspon ayam dan kualitas kerabang telur akan terganggu selama 2-3 minggu. Gangguan ini akan lebih diperparah jika terjadi defisiensi kalsium.
    Defisiensi vitamin D3 juga akan mengakibatkan kelumpuhan pada ayam
    Kadar vitamin lainnya juga perlu diperhatikan, mengingat peranan vitamin yang sangat penting. Kelebihan kadar vitamin tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap produktivitas ayam. Alasannya rentang dosis vitamin relatif besar dan kelebihan vitamin akan dibuang oleh tubuh. Hanya saja untuk vitamin larut lemak (A, D, E dan K) rentang pemberian yang terlalu lebar (berlebih) dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu kerja hati karena vitamin ini disimpan di dalam hati. Selain itu kelebihan vitamin D juga dapat mengakibatkan gangguan deposisi kalsium pada tulang.

    • Suplementasi mineral
    Mineral ialah suatu senyawa an-organik yang menyusun + 4% dari tubuh ayam. Ketersediaannya harus disuplai dari luar, misalnya melalui ransum karena tubuh ayam tidak bisa memproduksinya. Dalam perkembangannya, ketersediaan mineral dapat berupa mineral organik, yaitu mineral yang digabungkan dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau polisakarida. Contoh sediaan mineral organik ini antara lain metal specific amino acids complex, metal amino acid complex, metal organic acid dan metal polysaccharide. Selain metal (besi, red) mineral yang telah tersedia dalam bentuk organik antara lain zinc, ma-ngan dll.
    Mineral yang dibutuhkan ayam dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu makro dan mikro mineral. Kalsium, fosfor, kalium, natrium, klor, sulfur dan magnesium termasuk kelompok makro mineral, sedang mineral yang lainnya, seperti besi, seng, mangan dll tergolong sebagai mineral mikro. Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang memerlukan suplai pa-ling besar dibandingkan mineral lainnya.
    Kalsium menjadi mineral yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh ayam dan 99% mineral ini ditemukan di tulang. Sedangkan fosfor merupakan mineral terbanyak ke-2 yang menyusun tubuh ayam, dimana 80% dari jumlah fosfor ini terdapat dalam sistem kerangka atau tulang dan sisanya terdistribusi ke seluruh tubuh ayam. Ketersediaan kedua mineral ini dipengaruhi oleh ratio kadar kedua mineral ini di dalam ransum, kadar vitamin D dan umur ayam. Kedua mineral ini diperlukan dalam proses pembentukan tulang dan kerabang telur. Kekurangan atau ketidak-seimbangan kadar kedua mineral ini akan menyebabkan gangguan pembentukan kerabang telur dan kerangka (tulang).


    Suplementasi kalsium dan fosfor perlu dilakukan karena kandungan dalam bahan baku ransum tidak mencukupi kebutuhan dan masa retensi kalsium di dalam tubuh ayam hanya mencapai 60% pada ayam muda dan berkurang menjadi 40% pada ayam tua. Demikian juga fosfor, ketersediaannya (yang bisa dimanfaatkan, red) dalam bahan baku nabati hanya mencapai 30-40%. Hal ini dikarenakan fosfor dalam bahan baku nabati tersedia dalam bentuk fosfor phitat, yaitu suatu senyawa organik yang tidak dapat dicerna secara baik di dalam saluran pencernaan ayam. Suplementasi kalsium dan fosfor dapat diperoleh dari tepung tulang, dicalcium phosphate, monodicalcium phosphate dan tricalcium phosphate. Sedangkan tepung batu (limestone) menjadi sumber kalsium. Penambahan garam (NaCl) juga kadang dilakukan untuk mensuplai natrium dan klorin. Hanya saja jika kondisi air minum asin maka penambahan NaCl sebaiknya tidak dilakukan karena dapat menimbulkan efek negatif bagi pertumbuhan ayam. Sedangkan suplementasi mineral mikro (trace mineral) dilakukan melalui penambahan produk jadi, seperti Top Mix atau Mineral Feed Supplement A.
    • Suplementasi asam amino
    Metionin, lisin, treonin dan tripthopan merupakan beberapa asam amino yang sering diberikan suplementasi. Keempat asam amino tersebut termasuk asam amino essensial, yaitu asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh ayam sehingga harus disuplai melalui ransum. Selain keempat asam amino itu yang termasuk asam amino essensial antara lain arginin, histidin, isoleusin, leusin, valin dan penilalanin. Keenam asam amino ini relatif bisa terpenuhi dari ransum yang diberikan.
    Ransum ayam sebagian besar tersusun atas bahan baku ransum berupa biji-bijian, seperti jagung dan bungkil kedelai yang notabene kadar asam aminonya kurang ideal, terutama metionin. Hal inilah yang mendasari diperlukannya suplementasi asam amino.

    Kadar asam amino dalam ransum, terutama metionin yang tidak sesuai kebutuhan ayam petelur akan mengakibatkan berat telur berkurang. Tabel 5 menunjukkan peningkatan kadar metionin terbukti mampu menambahan berat telur. Namun, respon itu menurun sejalan dengan bertambahnya umur ayam. Suplementasi kholin ternyata juga bisa meningkatkan berat telur dan bisa menggantikan peran metionin meskipun terbatas, terutama saat kadar protein ransum rendah (tabel 6).


    • Feed Additive
    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya feed additive merupakan bahan makanan tambahan pelengkap yang diberikan dengan beberapa tujuan diantaranya :
    • Memperbaiki kondisi fisik ransum, terutama yang dibuat pellet, baik dari segi warna maupun tekstur ransum. Contohnya ialah bentonit. Warna dan tekstur ransum yang baik akan meningkatkan feed intake (nafsu makan, red)
    Bentonit mampu membantu memperbaiki tekstur pellet
    • Memberikan aroma atau bau khas dari ransum (flavoring agent) sehingga palatabilitas atau rasa kesukaan terhadap ransum meningkat
    • Memperbaiki atau meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi dari ransum. Beberapa feed additive yang berperan dalam hal ini ialah :

    1. Enzim
    Enzim merupakan katalisator yang berperan mempercepat suatu reaksi kimiawi. Enzim phytase mulai banyak digunakan peternak yang berperan memecah ikatan phytate pada bahan ransum nabati, seperti jagung sehingga ketersediaan fosfor bisa meningkat. Kerja enzim ini akan optimal apabila jenis enzim sesuai dengan substratnya, kondisi lingkungan dan kesesuaian dosisnya.
    2. Antibiotik
    Zinc bacitrasin yang terdapat dalam Top Mix mampu bekerja secara selektif menekan pertumbuhan bakteri usus yang menghambat proses pencernaan dan penyerapan ransum. Suplementasi antibiotik dalam ransum juga mengatasi penyakit yang timbul di saluran pencernaan.
    3. Probiotik
    Probiotik merupakan bahan pakan tambahan berupa mikrobia hidup yang berperan membantu proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi di saluran pencernaan. Probiotik juga berperan meningkatkan keseimbangan mikrobia di dalam saluran pencernaan. Mikrobia yang terkandung dalam probiotik antara lain Saccharomyces cerevisiae yang kaya vitamin, enzim maupun nutrien lainnya dan Aspergillus oryzae yang memiliki enzim pencerna serat.
    4. Mold inhibitor dan toxin binder
    Kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim tropis terbukti mendukung pertumbuhan jamur, terlebih lagi jika kadar air ransum melebihi standar (> 14%). Oleh karena itu penambahan mold inhibitor yang berperan menghambat pertumbuhan jamur diperlukan, terutama saat musim penghujan. Asam propionat merupakan contoh mold inhibitor yang sering digunakan.
    Saat jamur telah mengkontaminasi maka bisa dipastikan bahan baku ransum telah tercemar racun jamur. Jamur yang mencemari ransum bisa dengan mudah dimatikan namun tidak demikian dengan racun jamur yang tidak sulit dihilangkan baik melalui perlakuan fisik (pemanasan), kimia atau biologi. Oleh karena itu untuk menekan atau menghilangkan pengaruh negatif dari racun jamur ini perlu ditambahkan toxin binder (pengikat toksin). Contoh toxin binder ialah zeolit, hydrate sodium calcium aluminosilicate (HSCAS) atau serat dari kulit gandum
    5. Koksidiostat
    Sulfaquinoxalin, amprolium, dan oxytetrasiklin merupakan contoh zat koksidiostat yang sering dicampurkan dalam ransum jadi. Tujuannya ialah untuk menekan pertumbuhan koksidia yang terdapat dalam ransum. Kita hendaknya mengetahui jenis koksidiostat yang ditambahkan dalam ransum sehingga saat ayam kita terserang koksidiosis kita bisa memberikan obat yang sesuai, yang tidak memicu terjadinya resistensi
    6. Antioksidant
    Lemak yang terkandung dalam ransum dapat mengalami reaksi oksidatif sehingga menimbulkan ketengikan. Akibatnya palatabilitas ransum menurun. Selain itu reaksi oksidatif ini juga dapat mengakibatkan kerusakan vitamin larut lemak (A, D, E dan K). Guna mencegah ketengikan tersebut bisa ditambahkan antioksidan, seperti butylated hydrosi toluen (BHT) atau ethoxyquin. Di dalam Top Mix juga mengandung santoquin yang berperan sebagai antioksidan. Oleh karenanya penambahan Top Mix akan mampu menekan terjadinya oksidatif.

    • Meningkatkan kualitas hasil ternak, seperti daging atau telur. Konsumen daging ayam dan telur di negara kita, Indonesia lebih menyukai daging ayam yang berwarna kuning dan telur dengan warna kuning telur yang cerah. Secara alami pigmentasi kulit daging dan kuning telur ayam ini bisa diperoleh dari jagung. Hanya saja pada perkembangannya para ahli nutrisi telah menemukan sumber karotenoid (zat kuning) sintetis, contohnya canthaxanthin untuk pigmentasi kulit paha ayam broiler, -Apo-8-karotenal atau ethyl ester -Apo-8-asam karotenat untuk menghasilkan kuning telur sesuai dengan persyaratan NEPA (National Egg and Poultry Association)

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat kita melakukan suplementasi ransum :
    • Meskipun rentang dosis pemberian suplemen relatif lebar, namun hendaknya disesuaikan dengan dosis dan aturan pakai yang tercantum pada produk
    • Pencampuran suplemen dalam ransum hendaknya perlu dipastikan tercampur secara homogen. Jika kita memakai mixer untuk mencampur suplemen maka sebaiknya digunakan mixer horizontal dan suplemen tersebut dicampur dengan sejumlah kecil ransum dulu baru setelah itu dicampur dengan ransum dalam jumlah yang lebih banyak. Teknik pencampuran ini juga digunakan jika kita melakukannya secara manual
    Suplementasi, baik dengan feed supplement maupun feed additive telah banyak diterapkan oleh peternak maupun feedmill. Tujuannya tidak lain ialah memperbaiki kualitas ransum dan meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi ransum. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id

    Demikianlah Artikel Suplementasi Ransum

    Sekianlah artikel Suplementasi Ransum kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.


    Anda sekarang membaca artikel Suplementasi Ransum dengan alamat link https://segala-jenis-ikan.blogspot.com/2013/02/suplementasi-ransum.html


    Bagikan :
    +
    Previous
    Next Post »

    Artikel Terkait:

    0 Komentar untuk "Suplementasi Ransum "

     
    Template By Kunci Dunia
    Back To Top