PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN - Hallo sahabat Segala Jenis Ikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
link : PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
A. Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media), dalam hal ini terbagi atas:
a. Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau menyampaikan hasil suatu kegiatan
b. Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan
c. Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak dan patut diketahui oleh bawahan
d. Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e. Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
f. Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu, umumnya menggunakan media bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll, bahan tertayang: film. Umumnya model komunikasi demikian dicirikan antara lain:
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil, pemutaran film dan tv ; merupakan kombinasi antara indra (Audio Visual Aids).
Secara garis besar model/bentuk komunikasi dilihat dari segi pesan yang digunakan terbagi kedalam:
1. Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Cansandra L. Book (1980), dalam Mulyana (2005), mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
2. Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.Jalaludin (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: (1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; (2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; (3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; (4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: (a) Immediacyyaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; (b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; (c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Mark L. Knapp dalam Jalaludin (1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Mulayana (2005), menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
B. Komunikasi yang Efektif
Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Sebenarnya, ini hanyalah salah satu ukuran bagi efektifitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Bila S adalah pengirim atau sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik (Goyer, 1970) dalam Mulyana (2005).
R = makna yang ditangkap penerima = 1
S makna yang dimaksud pengirin
Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi? Kita tidak dapat menilai keefektifam komunikasi yang kita lakukan bila apa yang kita maksudkan tidak jelas, kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan komunikasi adalah berupa:
1. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
2. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
C. Tahapan komunikasi
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa:
1. Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim)
2. Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang
3. Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) : individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi tersebut
4. Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5. Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction) : pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman. Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
6. Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi. Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif terhadap lawan bicara.
Demikianlah Artikel PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN
Sekianlah artikel PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN dengan alamat link https://segala-jenis-ikan.blogspot.com/2014/04/proses-komunikasi-dalam-penyuluhan.html
0 Komentar untuk "PROSES KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN"