Segala Jenis Ikan

Informasi Segala Jenis ikan

Penyakit dan Hama Tanaman Cabai

Penyakit dan Hama Tanaman Cabai - Hallo sahabat Segala Jenis Ikan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Penyakit dan Hama Tanaman Cabai , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : Penyakit dan Hama Tanaman Cabai
link : Penyakit dan Hama Tanaman Cabai

Baca juga


    Penyakit dan Hama Tanaman Cabai




    Cabai walaupun mempunyai prospek pasar yang bagus dalam agribisnis tetapi tanaman cabe juga banyak menemui masalah kaitanya dengan banyaknya jenis dan intensitas serangan penyakit tanaman.  Penyakit layu pada tanaman cabe merupakan penyakit yang cukup merugikan dan jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat dapat menyebabkan kerusakan dan menggagalkan pertanaman.
    penyakit layu pada tanaman cabe ini secara umum ada 2 jenis yaitu layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium f.sp.capsici dan layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Psudomonas solanacearum (E.F.) Sm.
    Penyakit Layu Fusarium.
    Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium oxysporium f.sp.capsici Schlecht. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman cabe yang ditanam pada tanah masam (ph tanah rendah, kurang dari 6).    Serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sebelah atas dan diikuti menunduknya tangkai daun.  Jika pada batas antara akar dengan batang dipotong akan terlihat cicncin coklat kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh.
    Pengendalian penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian antara lain :
    1. Pengapuran lahan sebelum tanam untuk meningkatkan pH tanah dan mengurangi kemasaman tanah.
    2. Pengaturan pengairan dengan baik, jangan sampai air menggenang berlebihan pada lahan pertanaman. Jika pertanaman pada musim hujan maka bedengan agar dibuat lebih tinggi.
    3. Pencelupan  bibit ke dalam air yang telah dicampur dengan fungisida seperti Derosal 1,5 g per liter air  sebelum bibit di tanam untuk pencegahan.
    4. Penyiraman dengan larutan fungisida seperti seperti  Derosal dengan takaran 1,5 gram per liter air pada saat tanaman berumur 25 – 40 hari setelah tanam (HST).
    5. Lakukan eradikasi pada tanaman terserang dengan cara mencabut tanaman yang terserang.  Usahakan jangan sampai tanahnya tercecer dan bertebaran ke mana-mana karena dapat menulari tanaman yang sehat.  Setelah dicabut, taburi lubang bekas tanaman terserang tadi dengan kapur secukupnya dan lubang ditutup kembali dengan tanah.
    6. Untuk tanaman yang sehat yang berada di sekitar tanaman terserang, disiram dengan larutan formalin dengan takaran 2 – 5 cc per liter air sebanyak 200 ml per tanaman.  Gunanya untuk pencegahan agar tidak tertular oleh fusarium dari tanaman yang terserang tadi.
    7. Pengendalian yang lain adalah secara teknis budidaya dengan pergiliran tanaman lain selain tanaman dari famili Solancea (terung-terungan).  Jika sebelumnya lahan pernah ditanami cabe atau tanaman lain yang masih satu famili, lebih baik cari lahan yang lain.
    Penyakit Layu Bakteri.
    Penyakit layu bakteri ini biasanya menyerang tanaman cabe yang ditanam di dataran rendah dibandingkan di dataran tinggi.  Gejala serangan yang kelihatan adalah layu pada beberapa daun muda dan atau menguningnya daun tua sebelah bawah.  Gejala lain yang terlihat adalah berkas pembuluh pengangkut yang berwarna cokelat tua dan membusuk setelah batang, cabang atau pangkal batangnya kita belah.
    Namun jangan sampai kita salah identifikasi terhadap layu bakteri ini, sebab gejala seranganya hampir-hampir mirip dengan gejala serangan layu fusarium.  Untuk membedakanya secara mudah, siapkan air putih dalam sebuah gelas. Kemudian potong cabang atau batang tanaman cabe yang terserang layu tadi dan dijepit dengan pisau dan dicelupkan ke dalam air putih tadi.  Perhatikan jika dari potongan cabang atau batang tadi keluar exudat berwarna putih seperti asap, dapat dipastikan tanaman tadi terserang bakteri Pseudomonas bukan layu karena serangan Fusarium.  Jika tidak keluar eksudat putih berarti tanaman terserang oleh penyakit layu fusarium.
    Pengendalian penyakit layu bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian yang kompatibel antara lain :
    1. Pengaturan irigasi dengan baik,jjangan sampai lahan pertanaman tergenang air berlebihan.  Segera buang air yang berlebihan dengan sistem drainase yang baik.
    2. Pencelupan bibit dengan larutan bakterisida seperti Agrimycin  dengan takaran 1,2 gram per liter air atau dengan Agrept dengan takaran 2 gram per liter air untuk pencegahan serangan layu bakteri.
    3. Penyemprotan atau penyiraman dengan bakterisida pada saat tanaman berumur 25  hari setelah tanam (HST) dan diulangi 1 – 2 kali penyemprotan dengan interval 10 hari sekali.
    4. Untuk penanganan tanaman yang terserang dapat dilakukan seperti halnya pada tanaman yang terserang layu fusarium di atas.
    5. pengendalian yang lain dengan pergiliran tanaman yang bukan sefamili untuk menghindari penularan patogen.
    Ulat Grayak (Spodoptera litura F)
    Ulat grayak ini sangat merugikan karena menyerangan tanaman secara bergerombol dan massif sehingga kadang disebut juga sebagai ulat tentara (army worm).  Ulat grayak biasanya menyerang pada malam hari, tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja.
    Salah satu gejala awal serangan ulat grayak  ialah daun – daun cabe yang meranggas dan berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun.  Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja.  Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi buah cabe terhambat dan menurun.
    Apabila disekitar pertanaman cabe banyak kupu-kupu beterbangan pada malam hari dengan ciri-ciri berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan, berarti itulah serangga dewasa dari ulat grayak. Kupu-kupu ini akan meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Jumlah telurnya bisa mencapai 500 butir per betina. Telur-telur tersebut kemudian akan menetas menjadi ulat /larva,  mula-mula hidup berkelompok dan setelah dewasa kemudian menyebar.
    Salah satu ciri khas yang bisa menjadi penanda dari larva / ulat  grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. perkembangan selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa / kepompong yang biasanya dibentuk di bawah permukaan tanah.  Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari.  Stadium yang paling membahayakan dari hama Spodoptera litura F ini adalah saat ia berada pada stadium larva / ulat.  Membahayakan karena ulat grayak ini sangat rakus dan menyerang bukan hanya tanaman cabe saja, ulat grayak termasuk ulat polifag yang makan segala jenis tanaman.
    Bagaimana pengendalian ulat grayak?
    Pengendalian hama ulat  grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.  Pengendalian yang optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman cabe dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap  kupu-kupu jantannya dengan sex pheromone.  berkurangnya kupu-kupu jantan menyebabkan produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara pengendalian ini akan effektif apabila diterapkan sejak awal.
    Sex pheromone yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratas yang merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas. Ugratas berbentuk seperti benang plastik berwarna merah dan digantung pada botol bekas air mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya.   Paling sedikit diperlukan 5-10 buah ugratas per satu hektar lahan tanaman cabe yang dipasang sedikit diatas tanaman cabe,  effektivitasnya dalam memerangkap serangga jantan kurang lebih 3 minggu, sehingga setelah 3 minggu harus diganti kembali.
    Penggunaan sex pheromone ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak negatif bagi lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak menimbulkan kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida.
    Sedangkan setelah menjadi larva, ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati maupun kimia.  Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap.  Sedangkan secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti  Dipel, Florbac, Bactospeine dan Thuricide.  Pengendalian secara hayati  ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut.
    Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling,  misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC  dengan dosis 2 cc per liter air  atau  Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan secara bijak dan hati-hati.  Lebih baik apabila berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas  teknis maupun penyuluh pertanian setempat sebelum penggunaan insektisida tersebut.
    Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan saat hari mulai gelap/malam.  Siang hari biasanya bersembunyi di bawah rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah yang terlindung dari sinar matahari. Penyemprotan insektisida ini effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan warna lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.
    Jamur Choanephora cucurbitarum.
    Gejala utama penyakit patah batang/teklik pada tanaman cabe adalah busuknya bunga, tangkai bunga, cabang dan ranting tanaman. Penyakit ini biasanya menyerang pada pucuk tanaman (tanaman muda) kemudian menjalar pada bagian tanaman yang lebih tua. Jika pucuk tanaman terserang akan berwarna coklat kehitaman dan membusuk kadangkala terlihat adanya spora berwarna kelabu kehitaman.
    Penyakit ini disebabkan oleh jamur Choanephora cucurbitarum. Jamur ini akan mudah tersebar oleh angin pada cuaca yang lembab dan ada angin. Penyakit ini juga mudah menular melalui singgungan antara daun/ cabang yang terserang dan daun yang sehat.
    Untuk mengendaliakan penyakit ini sebenarnya hampir sama dengan pengendalian penyakit cabe yang lain, diantaranya adalah:
    1. Jaga jarak tanam, jangan terlalu rapat sehingga kelembaban bisa dikurangi
    2. Kurangi penggunaan pupuk urea sehingga tanaman lebih tahan penyakit
    3. Kebersihan lingkungan harus selalu dijaga
    4. Jika tanaman sudah terserang pangkas pucuk tanaman yang terserang kemudian bakar
    5. Gunakan fungisida dengan cara kerja kontak seperti Dithane, Antracol, Dakonil, Kocide untuk mencegahnya. Dan gunakan yang bekerja secara sistemik seperti Derosal, Bion M, Anvil dan Benlate untuk mengobatinya.
    By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: bp4kkabsukabumi.net
    Written by s52   
    Thursday, 08 March 2012

    Demikianlah Artikel Penyakit dan Hama Tanaman Cabai

    Sekianlah artikel Penyakit dan Hama Tanaman Cabai kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.


    Anda sekarang membaca artikel Penyakit dan Hama Tanaman Cabai dengan alamat link https://segala-jenis-ikan.blogspot.com/2013/03/penyakit-dan-hama-tanaman-cabai.html


    Bagikan :
    +
    Previous
    Next Post »

    Artikel Terkait:

    0 Komentar untuk "Penyakit dan Hama Tanaman Cabai "

     
    Template By Kunci Dunia
    Back To Top