I. PENDAHULUAN Salah satu factor yang mempengaruhi produksi jeruk (Musa paradisiaca) adalah organism pengganggu tumbuhan (OPT), baik berupa hama, penyakit maupun gulma. Kehilangan hasil panen akibat OPT, khususnya hama cukup berarti secara ekonomi, seperti kutu loncat jeruk, kutu daun, ulat peliang daun, kutu sisik/perisai, ulat penggerek bunga dan buah, ulat penggerek buah, tungau merah, thrips, kutu dompalan, lalt buah kutu penghisap daun dan lainnya. Guna meningkatkan mutu produksi dan mencegah kehilangan hasil akibat serangan OPT khususnya hama tanaman jeruk, diperlukan informasi mengenai jenis-jenis OPT, bieokologi, gejala serangan, tanaman inang dan pengendaliannya. II. OPT HAMA UTAMA TANAMAN JERUK DAN PENGENDALIANNYA 1. Kutu Loncat Jeruk (Diphorina citri Kuw.) Ordo : Hemiptera, Sub Ordo : Homoptera, Family : Psyllidae Bioekologi Kutu loncat jeruk mempunyai 3 stadia hidup, yaitu telur, nimpfa dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18 hari pada kondisi panas, sedangkan pada kondisi dingin sampai 45 hari, serangga ini dapat mencapai 9-10 generasi dalam setahun. Telur berbentuk lonjong dan agak menyerupai buah adpokat, warna kuning terang. Cara meletakkan telurnya tidak teratur, kadang- kadang berkelompok atau terpisah sendiri-sendiri. Bagian yang menjadi tempat meletakkan telur adalah tunas-tunas daun atau jaringan tanaman yang masih muda, seperti tangkai tunas dan permukaan daun bagian atas dan bawah yang belum membuka, telur menetas menjadi nimfa setelah 3 hari. Nimfa yang telah menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan menghisap cairan tanaman. Setelah nimfa berumur 2-3 hari, menyebar dan mencari makanan pada daun muda di sekitarnya. Periode nimfa berlangsung 12-17 hari, selama terjadi 5 kali penggantian kulit yang disertai bertambahnya kativitaas makanannya. Kelima instar tersebut dapat dibedakan oleh adanya perbedaan ukuran, bentuk awal perkembangan bentuknya sayap dan penyusunan sklerit pada thorax bagian dorsal. Warna nimfa kuning sampai kuning kecoklatan. Stadia dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat terbang atau meloncat, berwarna coklat muda sampai coklat tua, matanya berwarna kelabu dan bercak-bercak coklat, bagian abdomen berwarna hijau terang kebiruan dan orange, panjang tubuh 2-3 mm, pada saat makan posisi tubuhnya menunggingatau membentuk sudut. Kopulasi segera terbentuk setelah serangga menjadi dewasa, selanjutnya serangga betina mencari ranting yang bertunas dan meletakan telurnya mulai berlangsung setelah 8-20 jam setelah kopulasi. Masa bertelur bervariasi antar 10-40 hari, sedangkan jumlah telurnya dapat mencapai 800 butir . Gejala Serangan Daun jeruk menjadi berkerut-kerut, menggulung atau kering dan pertumbuhannya menjadi terhambat serta tidak sempurna. Selain menyerang daun muda, dengan styletnya diphorina citri menusuk dan menghisap cairan sel pada tangkai daun, tunas muda atau jaringan lainnya yang masih muda. Hasil sekresi atau kotorannya berupa benang yang berwarna putih dan bentuknya menyerupai sepriral. Apabila serangan berat, bagian tanaman yang terserang menjadi layu, kering dan menjadi mati. Apabila Diphorina citri ini menyerang satu tanaman dengan merata, maka pertumbuhan bunga menjadi terhampat dan produksi akan berkurang. Diphorina citri ini selain menjadi OPT hama, juga dapat menularkan OPT menyerupai bakteri ( BLO ), yakni pathogen dari citrus vein phloem degeneration ( VCPD ). Tanaman inang Hama ini menyerang tanaman kemuning, famili Rutaceae dan tapakdara dan yang lainnya. Fase Kritis Tanaman vektor kutu loncat ( Diphorina citri ) tertarik pada tunas muda sebagai tempat pelekatan telur, sehingga pertunasan tanaman merupakan factor penting dalam perkembangbiakannya. Di Garut, tanaman jeruk bertunas 5 kali dalam setahun, sehingga terdapat 5 periode kritis dimana diphorina citri mencapai jumlah yang sangat tinggi. Untuk mengetahui populasi jumlah populasi diphorina citri perlu diamati kuncup dan tunas. Cara pengendalian a. Kultur Teknis · Gunakan bibit sehat yang berasal dari induk dan daerah yang sehat · Pada fase pembibitan, gunakan mulsa plastic menghambat perkembangan populasi kutu daun b. Biologi · Pemanfaatan predator dari family Syrphidaeseperti menochilus sp. (Coccinellidae), Crysophidae, Scrym-nus sp. Dan Lycosidae. Dan lainnya. · Pemanfaatan parasitoid aphytis sp. · Entomooatogen yang telah diketahui dapat menginfeksi diphoma citri adalah Fusarium coccophilum c. Kimiawi · Pengendalian memanfaatkan insektisida selektif hendaknya dilakukan segera setelah gejala koloni kutu daun terlihat pada tunas. · Insektisida berbahan aktif dimethoate, methidatiom, malathion, phosphamidon, diazinon dan monocrotophos yang diaplikasikan secara “Ispot spray” pada daun atau tunas yang terserang dengan bijaksana dan sesuai anjuran. 2. Kutu Daun Coklat (toxoptera citricidus kirk) dan Kutu Daun Hitam (toxoptera aurantii Boy) Ordo : Hemiptera, Sub Ordo : Hemoptera, Famili : Aphidoidae Bioekologi Kutu daun coklat tidak menyebabkan kerusakan berarti pada tanaman jeruk, tetapi perannya sebagai vektor virus tristeza jauh lebih berbahaya, karena virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Kutu daun coklat merupakan penular virus penyebab penyakit tristeza yang paling efektif, bentuk dan ukuran kutu daun ini serupa, perbedaanya terlihat pada pembuluh sayap bagian depan dimana t aurantii tidak bercabang, sedangkan T.citricidus bercabang. Kutu daun ini berbeda dengan serangga lainnya dalam berkembangbiak, yaitu yang melahirkan anaknya dan termasuk serangga yang vivipar parthenogenesis yaitu jantan dan betina dapat melahirkan anak, demikian juga dengan imago kutu daun ini dapat bersayap maupun tidak. Secara umum kutu daun berukuran kecil antara 1-6 mm, tubuhnya lunak berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu daun ini berlangsung selama 6-8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25°C dan 21 hari pada suhu 15°C Gejala serangan Kerusakan akibat hama ini tampak pada bagian tanaman yang masih muda, seperti tunas, daun muda, daun muda dan tangkai daun yang masih muda Aktifitas serangga ini menusukan styletnya pada bagian tanaman yang lunak atau masih muda, kemudian menghisap cairan sel tanaman. Pada bagian tanaman sekitar aktifitas kutu daun ini terlihat adanya kapang hitam, yaitu capnodium sp yang tumbuh pada sekresi atau kotorannya berupa embun madu Di sekitar koloni kutu daun ini biasanya terdapat semut yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan kutu daun ini Serangga berat kutu daun ini menyebabkan daun berkerut dan keriting dan menyebabkan petumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hama ini menyerang luas di Negara-negara penghasil jeruk Tanaman Inang Kutu daun jeruk ini bersifat polipag terhadap tanaman kakao, kini, kopi dan teh. Fase kritis tanaman Kutu daun jeruk ini berkembang biak secara optimum pada saat tanaman bertunas Cara pengendalian 1. Kultur teknis Sanitasi kebun kebun dan tanaman secara tepat waktu serta terstruktur Pungut kumbang yang terdapat di dalam batang pisang dan musnahkan. 2. Teknis/Mekanis Batang pisang yang terserang dan sisa batang pisang yang telah di panen dipotong-potong, kemudian benamkan ke dalam tanah dan tutup dengan tanah 3. Biologi (hayati) Pemanfaatan predator atau musuh alaminya adalah plaesiusjavanus EP. 4. Kimiawi Penggunaan insektisida carrbu-foran yagn ditaburkan disekitar batang pisang. Penggunaan inteksida racun kontak mulut dan perut yang efektif langsung terhadap sasaran penggerak batang pisang. 3. Thrips ( scirtothrips citri moulton ) Ordo : thysaanopetra Family : Thripidae Bioekologi Pada kondisi lingkungan yang menguntungkan dan makanan cukup tersedia baginya, maka seekor thrips betina mampu meletakkan telur 200-250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya di letakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah, kemudian akan menetas menjadi nimfa 6-8 hari setelah diletakkan. Dalam 1 tahun terdapat 8-12 generasi thrips, pada musim kemarau perkembangan telur sampai dewasa 13-15 hari dan stadia dewasa berkisar 15-20 hari. Apabila suhu disekitar tanaman meningkat, maka thrips akan berkembang sangat cepat. Gejala Serangan Gejala kerusakan yang disebabkan nimfa dan imago thrips mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak menggulung keatas dan pertumbuhan tanaman tidak normal. Daun pada ujung tunas menjadi hitam, kering, kemudian gugur. Fase kritis tanaman Tangkai, daun muda dan buah muda merupakan sasaran dari hama ini, apabila suhu disekitar tanman meningkat, sehingga perkembangan populasi tungau semakin cepat. Cara pengendalian a. Kultur teknis Menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidak terlalu rapat, sehingga cahaya matahari bisa menerobos sampai kebagian dalam tajuk. b. Kimiawi Gunakan insektisida efektif, dilakukan terutama pada saat tanaman sedang bertunas, berbunga dan pembentukan buah pada musim kemarau cukup efektif mengendalikan populasi thrips. 4. Lalat buah ( bactrocera spp. ) Ordo : Diptera Famili : tephritidae Bieokologi Lalat buah mempunyai 4 stadia metamorphosis, yaitu telur, larva, pupa dan imago ( serangga dewasa ) Telur lalat buah berbentuk bulat panjang, berwarna putih dan diletakkan berkelompok 2-15 butir pada buah yang agak tersembunyi atau tidak terkena sinar matahari langsung serta pada buah yang agak lunak dan pemukannya agak kasar. Seekor lalat buah dewasa dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari dengan jumlah 1.200-1.500 butir, telur akan menetas menjadi larva 2 hari setelah diletakkan di dalam buah. Siklus hidup dari telur sampai lalat dewaasa di daerah tropis berlangsung ± 25 hari. Gejala serangan Sifat khas lalat buah adalah meletakkan telurnya di dalam buah, tempat peletakkan telur di tandai dengan adanya noda/titik kecil hitam yang tidak terlalu jelas. Noda/titik kecil bekas tusukan ovipositor ini merupakan gejala awal serangan lalat buah, dimana telur menetas dan menjadi larva ( belalang ). Buah yang gugur, apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnahka akan menjadi sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi selanjutnya. Fase kritis tanaman Pada saat tanaman mulai memproduksi buah terutama pada saat buah menjelang masak. Tanaman inang Tanaman cabe, mangga, pisang, belimbing, kopi, cengkeh dan lainnya. Cara pengendalian a. Karantina ( Peraturan ) Pencegahan terhadap serangan lalat buah dengan penerapan peraturan karantina yang ketat untuk mencegah masuknya lalat buah dari wilayah atau Negara yagn diketahui mempunyai masalah lalat. b. Kultur teknis Penggunaan tanaman perangkap dapat didasarkan paada peringkat tanaman yang disukai lalat buah, yaitu jambu air, belimbing, mangga, jambu biji dan cabe besar. Tanaman yang memiliki nilai ekonomi rendah dapat dijadikan tanaman perangkap, seperti selasih, sehingga lalat buah akan berkumpul disekitar pohon selasih, kemudian dijaring c. Fisik/Mekanik Pengerodongan buah keuntungan dari cara ini adalah buah terhindar dari serangan lalat buah, mulus, bersih tanpa pencemaran bahan kimia, tetapi untuk areal yang luas tidak praktis. Penggunaan perangkap dan attraktan perangkap yang terbuat dari plastic atau botol air mineral yang sudah dipasang attraktan ( methyleugenol, cuelure, med-lure, protein hidrosila, ekstrak daun selasih dan daun melaleuca ). Attraktan dapat dicampur dengan pestisida dan diteteskan pada kapas. Perangkap ini dipasang pada ranting atau cabang pohon setinggi 2-3 m dari permukaan tanah. Pemasangan efektif ± 16 buah/ha secara terus menerus dalam areal yang luas. d. Biologi Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami berupa : - Predator, seperti semut, laba-laba kumbang stafilinid dan cocopet dapat menekan populasi lalat buah. - Parasitoid, seperti Biosteres sp. Dan Opius sp. (family Braconidae). Teknik jantan mandul teknik ini pada prinsipnya mengendalikan lalat buah dengan cara melepas lalat buah jantan mandul dikebun agar bersaing kawin dengan lalat normal. e. Kimiawi Penggunaan pektisida bisa dilakukan dengan cara penyemprotan,pengabutan, pencelupan dan pencampuran dengan attraktan adalah cara mudah dan efektif. Pengendalian pasca panen bisa dilakukan dengan perlakuan uap/ udara panas, udara dingin, dan fungsi. III. PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN JERUK DAN PENGENDALIANNYA GEJALA SERANGAN Infeksi pada tanaman muda ditandai dengan kuncup berkembang lambat, pertumbuhannya menjulang keatas, daun menebal, ukuran menjadi lebih kecil dengan gejala khas blotching, mottle, belang-belang kuning tidak teratur Gejala pada tanaman dewasa sering bervariasi, Pada tanaman yang sudah berproduksi menyebabkan ukuran buah menjadi kecil hingga sebesar kelereng dan rasanya asam Gejala luar Irisan tipis ibu tulang daun bergejala khas CVPD terlihat jaringan floemnya tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis berupa jalur-jalur putih Dalam menetapkan tanaman jeruk terserang CVPD harus hati-hati karena penyakit ini mirip dengan gejala kekurangan unsure makro atau mikro esensial, seperti Zn, Fe, Mn, Mg dan lain-lain. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat populasi seraangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas sangat berpengaruh terhadap kecepatan penular penyakit ini. Tanaman Inang Tanaman dari family Rutaceae, kemuning (Muraraya paniculata L.), swinglea glutinosa Merr,. Clausena indica, Atalantia missions dan Triphasia aurantiola, tapak dara dan kawista (limnocitrus lettoralis). Cara Pengendalian Melarang membawa atau memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang). 2. Penyakit Tristeza (Quich Decline) Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika menghisap tanaman sakit selama 5 detik masa inkubasi 5 detik dan hanya dapat menularkan secara efektif bila 27 ekor kutu daun dalam waktu singkat. Gejala Serangan Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jarigan tapis (floem). Lekukan atau celah-celah pada jaringan kayu pada batang, tetapi tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung ke atas, bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tidak berkembang menjadi buah yang masak. Factor Yang Mempengaruhi Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh varietas, suhu dan populasi serangga penular Suhu antara 28°-36°C selama 10 hari dapat menekan gejala pada daun. Cara Pengendalian a. Kultur Teknis Penggunaan bibit sehat Penggunaan mata temple yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza. Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian di bakar. b. Kimiawi Pengendalian dengan menggunakan insektisida efektif secara bijaksana sesuai anjuran. 3. Busuk Pangkal Batang ((Brown rot Gummosis) Gejala Serangan Penyakit ini umumnya menyerang bagian pangkal batang atau pada bagian sambungan, antara batang atas dan batang bawah untuk benih jeruk okulai. Penyakit ini dapat juga meluas sampai ke akar, sehingga menjadi busuk dan mengeluarkan bau masam Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas kebagian akar tanaman. Factor yang mempengaruhi Infeksi melalui luka-luka, baik alami maupun luka karena alat pertanian dan serangga. Tanaman Inang Penyakit ini bersifat polifag, mempunyai banyak tanamn inang, seperti cabe, anggrek, vanda, kemiri minyak, alpokat, apel, durian, jambu biji, nenas, sirsak, kelapa , kao, dan lain-lainnya. Cara Pengendalian a. Kultur Teknis Sanitasi tanaman dari gulma dan inang alternative Tinggi sambungan okulasi sebaiknya berada ± 60 cm di atas permukaan tanah. Penanaman jeruk dilakukan diatas gundukan setinggi 15-20 cm dan tidak dibumbun. Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan. b. Fisik/Mekanis Menbuang bagian (kulit) yang sakit sampai paling sedikit 1 cm mengenai kulit yang sehat, bekas luka di tutup/ di labor dengan fungsida atau ter dan lainnya Mengumpulkan sisa tanaman dan tanaman yang mati terserang penyakit, di cakut dan di bakar c. Biologi Penggunaan benih jeruk dengan batang bawah yang tahan terhadap phytophthora spp. (seperti troyer, jeruk asam & Cleopatra mandarin) Penggunaan bahan organic/pupuk kompos/kandang mengandung Trichoderma harzianum, T. viride , T.hamantum, T.koningli dan lainnya d. Kimiawi Setelah kulit di buang pada perlakuan-perlakuan, luka ditutup dengan bubur bordok atau fungsida yang efektif dan terdaftar Fungsida yang telah terdaftar antara lain berbahan aktif benomil, tiabendazola, metal tiofanat, tembaga oksiklorida dan mankozeb dengan cara aplikasi yang bijaksan sesuai anjuran 4. Penyakit Kulit Diplodia (Bark Rot/ Diplodia Gummosis) Gejala Serangan Diplodia Basah Serangan ini mudah dikenal, karena tanaman mengeluarka blendok (gom) berwarna kuning keemasan Serangan Diplodia dapat berkembang dan menimbulkan luka tidak teratur, serangan berat dapat masuk sampai ke dalam kayu Kayu yang terserang akan mati berwarna hijau biru sampai hitam. Diplodia kering Penyakit ini lebih berbahaya. Gejala awal sukar diketahui karena bagian yang terserang tidak mengeluarkan blendok Kulit mongering, jika dipotong kulit dan kayu dibawahnya berwarna hitam kehijauan Biasanya infeksibaru diketahui jika daun telah menguning, sehingga terlambat untuk melakukan pengendalian. Tanaman Inang Penyakit ini bersifat polifag yang menyerang beberapa macam jenis tanaman seperti anggur, nenas, melon, alpokat, pisang, coklat, karet, lada, kapas, kacang tanah dan lainnya Cara Pengendalian a. Kultur Teknis Sanitasi lingkungan tanaman dari gulma dan inang alternative Pengaturan drainase yang baik dan pemupukan berimbang Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan Penjarangan buah agar keadaan tanaman tetap kekar Menjaga agar drainase tetap baik, penyiangan. b. Fisik/Mekanis Membuang bagian kulit yang sakit sampai paling sedikit 1-2 cm kebagian kulit yang sehat, bekas lukanya ditutup/dilabur dengan fungsida atau ter dan lainya Mengumpulkan sisa tanamn yang mati terserang penyakit di cabut dan di bakar c. Biologi Penggunaan varietan tahan, seperti JC, RL, jeruk masam, sitrun ponderosa, sitrun villa faranca, saramaca, jeruk tangan, sukade, sweet lime, jeruk kasturi Penggunaan musuh alami bakteri Bacillus subtillis dengan cara mengoleskannya pada ranting atau batang tanaman, sebiknya digunakan untuk pencegahan. d. Kimiawi Setelah kulit di buang pada perlakuan pelukaan, luka di tutup dengan mengolesi batang dengan bubur Bordo atau fungsida yang efektif dan terdaftar Fungsida yang telah terdaftar antara lain berbahan aktif metal tiofanat dan siprononazol dengan cara aplikasi yang bijaksana sesuai anjuran Membersihkan alat pertnian yang akan digunakan, seperti dengan korbolium plantarum 8 %. |
0 Komentar untuk "OPT Tanaman Jeruk "